Monday, October 27, 2014

Pencitraan dan Tata Krama, dll

Gue akan memposisikan diri sebagai orang yang (alhamdulillah) berpendidikan, punya pekerjaan tetap, dan berharap diperlakukan dengan baik oleh semua orang.

Terinspirasi menulis ini karena ada pejabat publik yang hobinya marah2 ke bawahannya (dan dimasukin ke Youtube). Di satu sisi mungkin orang tersebut memang pantas dimarahi dan masuk Youtube agar ada efek jera, namun, menurut gue, seorang pejabat publik gak bisa berlaku kaya -maaf- supir yang bisa maki2 pengendara di depannya suka2 dia. I'm not a politician, but I think there are many descent ways to say something harsh in polite manner.

Jaman sekarang, video isi pejabat marah2 ke anak buahnya jadi trend dan dipuji2, membuat contoh buruk bahwa marah2 itu 'asik dan keren'. At least that's what I think :D

Kelakuan kedua adalah seorang yang baru diumumkan jadi menteri, duduk di bawah nyopot high heels (ini mah biar aja) lalu merokok depan wartawan.

Buat yang bela 'kan susah perokok berat nahan2 rokok?!", well as someone who smoked for 12 years, quit is easy. Very easy. It's about willpower. Just like they say
"If you want something, you'll find a way. If you don't, you'll find excuses"
So if she can build an airline empire, she could quit, or hold smoking if she wants to.

Eh kok merembet ke quit smoking :)
Sebenernya merokok adalah hak azasi manusia, cuman kalau dilakukan pejabat publik, dimana pemerintah lagi gencar2nya kampanye antirokok dan berhasil membuat gambar2 seram di kemasan rokok, rasanya gak pantes.

Menurut gue, jangan lagi 'jadi orang biasa' kalau sudah jadi pejabat negara..jaga kelakuaan, jaga kata2..
Tapi mungkin itulah yang dicari rakyat sekarang ya, someone 'you can reach', bukan orang tinggi yang di awang2, orang yang pakai baju putih hitam lengan digulung berlari2 kecil.
(no offence to my catering owner friends, tapi baju item putih kaya seragam petugas katering kan?).

But, the People has made their choice. Live with that and move on.

No comments:

Post a Comment